Photobucket

Laman

Sabtu, 12 November 2011

Pengalaman Berharga di Dunia Sastra: Ngaji dan Berdiskusi dengan Ustadz In'am (Bag. 2)

Oleh: R. Mh. Zidni Ilman NZ, S.Fils


Waktu liburan sudah habis. Saatnya berangkat ke Jakarta untuk bergelut kembali dengan aktifitas kuliah dan kemacetan. Namun, pada keberangkatan kali ini ada sesuatu yang berbeda. Pikiran saya terpecah menjadi dua, antara makalah dan nazham.

Sekilas tentang Ustadz In'am
Selama proses penyusunan nazham, saya dibantu oleh Ust. In'am Abdul Fattah. Pria kelahiran 1969 ini merupakan salah satu alumnus PP. Al-Khiyaroh Buntet Pesantren Cirebon yang didirikan oleh almarhum al-maghfur lah K.H. Mohammad Nashiruddin Zahid. Allahummaghfil lahu warhamhu wa afihi wa'fu 'anhu.

Di sana, ia mengenyam pendidikan agama selama enam tahun (1983-1989). Sebagai sosok yang cerdas, ulet, tekun,  ikhlas, dan penyabar, ia pun menjadi salah satu murid kesayangan Kyai Nashir. Ia mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari fiqh, ushul fiqh, mantiq, nahwu shorof, balaghoh, dan lain sebagainya. Keahliannya dalam memijat pun menjadi media kedekatannya dengan sang Kyai yang memang gemar sekali dipijat. Sedangkan posturnya yang jangkung (182 cm) membuatnya mudah dikenali. Saya sendiri, yang saat itu masih anak-anak, sangat suka jika digendong olehnya, karena hal itu membuat saya seolah-olah sedang terbang ke angkasa.

Selepas dari Al-Khiyaroh, ia melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren tempat Kyai Nashir muda dahulu berguru, PP. Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, asuhan al-mukarram KH. Maymun Zubair. Baru satu bulan di pesantren barunya tersebut, Ust. In'am berhasil meraih juara kedua dalam perlombaan kajian kitab Alfiyah yang diselenggarakan oleh pihak pondok. Hal ini tidaklah mengherankan karena selama di Al-Khiyaroh ia sudah berhasil menghafal kitab Alfiyah secara bolak-balik. Namun demikian, ini tetaplah merupakan sebuah prestasi yang sulit ditiru mengingat ketatnya persaingan yang terjadi diantara sekitar 1500 santri senior dengan kompetensi mereka yang tidak diragukan lagi. Prestasi tersebut dapat membuktikan tingkat kecerdasannya yang di atas rata-rata.

Sayang, keberadaannya di PP. Al-Anwar harus terhenti di tahun kelima masa pendidikannya. Persoalan ekonomi keluarga menjadi faktor utama mengapa ia harus menghentikan pendidikan dan kembali ke kampung halamannya di Cilacap, Jawa Tengah. Tidak lama dari kepulangannya, 1995, ia diminta oleh sahabatnya sesama alumnus Al-Khiyaroh, Ust. Syu'aib Abdullah, untuk mengajar di pondok pesantren miliknya, PP. Roudlotul Qur`an, Ciputat. Tanpa pikir panjang, ia pun menerima permintaan sahabatnya itu untuk tinggal di Ciputat.

Pada tahun 2000, ia menikah dengan gadis setempat yang notabene merupakan muridnya sendiri. Lalu pada tahun 2001, saya diminta oleh Ust. Syu'aib untuk menjadi staff pengajar di tempat yang sama menemani Ust. In'am. Di sanalah saya dipertemukan kembali dengan Ust. In'am setelah sekian tahun lamanya berpisah.

Ngaji dan Diskusi Bersama
Saya tinggal bersamanya selama enam tahun, dan masa-masa itu saya manfaatkan untuk menimba ilmunya. Meskipun Ust. In'am adalah murid Abah saya, namun saya tidak malu untuk berguru kepadanya dan mengakuinya sebagai guru. Beberapa kitab sudah saya ikuti, seperti Tafsîr al-Jalâlain (tafsir al-Qur`an) sebanyak tiga kali, Syarĥ Ibn ‘Aqîl (nahwu), al-Tsimâr al-Yâni’ah (fiqh), Bulûgh al-Marâm (hadits), al-Luma’ (ushul fiqh), al-Asybâh wa al-Nazhâ`ir (qawa’idul fiqhiyyah), dsb, termasuk belajar kaligrafi seperti yang telah saya singgung di artikel bagian pertama.

Ust. In'am memberi banyak pengalaman kepada saya tentang Kitab Kuning, dari segi gaya bahasa maupun metode pembahasan. Ia tidak pernah sungkan untuk menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan. Apapun pertanyaannya selalu dijawab dengan penjelasan yang begitu luas, lugas, serta intonasi yang halus. Ia tidak pernah marah, baik saat mengajar maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Ia adalah teman dan guru yang asyik untuk dijadikan tempat bertanya dan berdiskusi. Demikian pula dengan nazham ciptaan saya. Setiap baitnya selalu kami diskusikan bersama seperti apa yang biasa kami lakukan terhadap disiplin ilmu lainnya.

Bersambung.. (insya Allah)

Kembali ke Bagian Pertama

1 komentar:

Komentar