Photobucket

Laman

Senin, 26 September 2011

Diaspora Bani Israel: Perjalanan Menuju Tanah yang Dijanjikan

Oleh: R. Mh. Zidni Ilman NZ, S.Fils


Perbudakan kejam Fir'aun atas Bani Israel sepertinya tidak akan pernah berakhir. Ia menanamkan sistem kerja paksa selama ratusan tahun dalam setiap proyek pembangunan kota Mesir Kuno. Hingga akhirnya, muncullah seorang juru selamat yang membebaskan mereka dari perbudakan dan kembali menempatkan Israel sebagai ras unggulan di muka bumi ini. Dialah Musa (Moses) sang Messias.

Peristiwa pembebasan ini didokumentasikan dalam al-Qur`an dalam beberapa ayat yang tersebar di berbagai tempat. Tidak hanya itu, al-Qur`an pun mengisahkan bagaimana perjalanan Bani Israel pasca-pembebasan menuju tanah yang dijanjikan. Perjalanan yang sangat merepotkan dan berujung pada konflik eksistensial berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Menyembah Berhala
Setelah berhasil menyeberangi lautan dalam usaha menyelamatkan diri dari kejaran pasukan Fir'aun, Bani Israel bertemu dengan masyarakat pagan Mesir. Pertemuan ini mempengaruhi pemikiran dan melemahkan iman sejumlah orang dari mereka. Mereka sempat terbawa ajaran sesat kaum pagan itu sampai-sampai meminta Nabi Musa untuk membuat patung untuk disembah seperti halnya yang dilakukan oleh kaum pagan tersebut. Nabi Musa kemudian menjelaskan bahwa kaum itu adalah kaum terbelakang dan ajarannya akan dihancurkan oleh Allah. (QS. Al-A'raf [7] : 138-140)

Kemudian Bani Israel melanjutkan perjalanan menuju gunung Horeb. Menurut al-Qur`an, Allah telah mengadakan perjanjian dengan Bani Israel di sisi kanan gunung tersebut. Tidak sabar dengan janji Allah, Nabi Musa berangkat sendirian terlebih dahulu dan menyerahkan pengawasan kepada Nabi Harun. Beberapa hari setelah kepergian Nabi Musa, Bani Israil benar-benar terjerumus ke dalam paganisme dengan membuat patung anak sapi dari emas atas hasutan Musa al-Samiri, tokoh munafik mereka. Patung itu kemudian disembah layaknya tuhan, sedangkan Nabi Harun tidak bisa berbuat banyak.

Empat puluh hari kemudian, setelah Allah memberitahu penyimpangan kaumnya, Nabi Musa kembali dengan membawa 10 perintah dan larangan dari Allah yang tertulis pada lembaran (tabut) untuk diamalkan oleh Bani Israel (kitab Taurat). Melihat tingkah laku kaumnya, ia pun murka dan segera mengusir Samiri serta menghancurkan patung anak sapi emas tersebut. Lalu ia meminta Bani Israel untuk bertaubat dengan cara bunuh diri sesuai dengan syari'at Nabi Musa. Dengan cara itu, Allah pun bersedia mengampuni kesalahan mereka. (QS. Thaha [20] : 83-98)

Manna dan Salwa
Setelah meninggalkan Mesir, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memimpin kaumnya menuju tanah yang telah lama Ia janjikan kepada Nabi Ibrahim untuk Bani Israil. Maka perjalanan menuju ke tanah yang dijanjikan itu pun segera dimulai. Agar tidak kepanasan, Allah memayungi mereka dengan awan. Dan agar tidak kelaparan di tengah perjalanan, setiap hari mereka disuguhi dua macam makan yang langsung diturunkan dari surga; manna dan salwa. Akan tetapi lama kelamaan mereka mengeluh bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja dan meminta makanan lainnya berupa sayur mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.

Nabi Musa merasa heran dengan selera rendah kaumnya yang mengganti manna dan salwa dengan makanan biasa. Nabi Musa pun memberi pilihan bahwa jika memang demikian yang diinginkan maka pergi saja ke kota, karena di sana tersedia apapun yang mereka inginkan tadi. (QS. Al-Baqarah [2] : 61)

Tanah yang Dijanjikan
Sesampainya di tanah yang dijanjikan, Bani Israel tetap menunjukkan sikap membangkang dan keras kepala. Mereka tidak mau masuk karena di dalamnya terdapat kaum Kana'an yang memang sudah menetap di sana jauh sebelum kedatangan mereka. Meskipun dirayu agar mau masuk ke tanah tersebut, mereka tetap menolak sebelum kaum Kana'an diusir terlebih dahulu.

Namun anehnya, Bani Israel tidak mau mengusir dengan kekuatan mereka sendiri karena melihat postur orang-orang Kana'an yang tidak mungkin mereka kalahkan. Akhirnya mereka meminta Nabi Musa dan Tuhannya untuk melakukan pengusiran, sedangkan mereka hanya menunggu hasilnya saja.

Kali ini kemarahan Nabi Musa sampai pada puncaknya. Beliau berdoa agar hubungannya dengan kaumnya tersebut diakhiri saja sampai di sini. Tidak hanya Nabi Musa, Allah pun murka lalu melarang Bani Israel untuk memasuki tanah yang dijanjikan itu selama 40 tahun lamanya. Dengan larangan itu, Bani Israel berpencar dan berkeliaran tak tentu arah di tengah padang pasir tanpa tanah air yang disebut dengan diaspora. (QS. Al-Ma`idah [5] : 25-26)

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar