Photobucket

Laman

Selasa, 03 April 2012

Empat Hal Sebelum Menyesal

Oleh: R. Mh. Zidni Ilman NZ, S.Fils


Apa kabar para blogger, khususnya para pengunjung blog saya? Sudah beberapa bulan lamanya saya tidak bersentuhan dengan blog tercinta ini. Bukannya lupa atau sengaja melupakan. Tetapi ini semata-mata karena persoalan waktu. Tapi bukan berarti sok sibuk, karena alasan kesibukan mungkin terlalu naif bagi orang biasa seperti saya. "Manajemen waktu", kira-kira begitulah maksudnya. Sebab diakui atau tidak, sampai sejauh ini saya masih belum bisa mengatur waktu dengan baik. Padahal waktu merupakan elemen penting bagi manusia untuk menentukan masa depannya.

Betapa vital peranan waktu, sampai-sampai dalam al-Qur`an Allah swt beberapa kali bersumpah atas nama waktu. Kita dapat menjumpainya di banyak tempat seperti di surat al-Lail, al-Fajr, al-Dhuha, dan al-'Ashr. Tidak hanya itu, matahari dan bulan yang merupakan sumber perputaran waktu pun dijadikan sebagai alat bersumpah.


Lama Namun Sebentar

Apakah waktu itu dan sejak kapan ia ada? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. 

Seiring dengan terciptanya alam semesta, waktu pun ikut hadir di dalamnya. Penelitian ilmiah menyatakan bahwa bumi diperkirakan telah berusia 4,54 milyar tahun yang lalu. Benar-benar angka yang fantastis! Angka tersebut juga menunjukkan bahwa umur dunia sudah sangat renta. Namun, di mata Rasulullah saw waktu di dunia ini begitu singkat. Dalam sabdanya beliau menyatakan,

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Apa urusanku dengan dunia. Di dunia ini, aku hanyalah bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian berangkat lagi dan meninggalkan pohon itu.” (H.R. al-Tirmidzi)

Bayangkan! 4,54 milyar tahun yang telah dilalui oleh waktu tidak lain hanyalah persinggahan semata. Bagi seorang musafir, persinggahan tersebut merupakan sesuatu yang tidak ternilai harganya. Di sana ia harus memanfaatkan betul minimnya waktu yang ia miliki. Persinggahan tersebut bukan untuk berleha-leha, akan tetapi digunakan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar perjalanan berikutnya dapat dilanjutkan hingga mencapai tujuan akhir yang diinginkan meskipun harus melalui berbagai macam rintangan.


Empat Hal Sebelum Menyesal

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh manusia dalam persinggahan dunia ini? Dan apa akibatnya jika tidak mematuhinya? Jawabannya tertera dalam surat al-'Ashr (103) : 1-3,

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Ayat di atas merupakan petunjuk bagi manusia agar menggunakan waktunya setidaknya untuk empat hal saja; 1) beriman, 2) beramal saleh, 3) saling menasehati dalam kebenaran, dan 4) saling menasehati dalam kesabaran. Selain itu, ayat tersebut juga sekaligus memberi peringatan bahwa jika keempat hal tersebut tidak dijalankan dengan baik, maka kita akan menjadi manusia yang merugi.

Hanya saja, kebanyakan manusia lupa bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu. Sehingga sesampainya di tempat tujuan tidak ada yang didapat kecuali penyesalan yang begitu mendalam seraya berangan agar mereka dapat dikembalikan ke masa silam untuk memperbaiki keteledorannya dahulu.

Bentuk penyesalan ini tercantum dalam al-Qur`an surat al-Fajr (89) : 23-24,

وَجِآيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى يَقُوْلُ يَا لَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْ

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”

dan surat al-Naba` (78) : 40,

إِنَّآ أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُوْلُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا

“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu adalah tanah.”

Penutup
Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang layak baik di kehidupan dunia maupun di akhirat nanti. Semua itu bergantung pada seberapa pintar kita memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Sejatinya, kita dapat melakukannya jika disertai dengan penuh kesadaran bahwa waktu yang telah lewat tidak dapat kembali lagi. Dan itu artinya kita hanya memiliki satu kali kesempatan untuk singgah dan tidak ada tempat persinggahan lagi setelah ini.

Mulai dari sekarang, tentukan masa depan Anda. Lakukan empat hal atau Anda akan menyesal!

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar